Cinta itu memang selalu dihubungkan dengan jantung hati. Tapi, benarkah cinta itu benar-benar datang dari sana?
Ternyata cinta bukan datang dari hati

Cinta bukan datang dari hati lho via www.wallmild.com
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan neurosains Bianca Acevedo, dijelaskan ada empat bagian kecil otak yang “memproses” perasaan cinta: ventral tegmental area (VTA), nucleus accumbens, ventral pallidum dan raphe nucleus.
VTA terletak di bagian tengah depan dari sisi dasar otak yang merupakan kunci reward system di otak. Ketika orang merasa jatuh cinta, VTA ini akan aktif dan menghasilkan senyawa kimia dopamin yang didistribusikan ke bagian otak yang lain. Dopamin inilah yang menyebabkan kamu merasa nyaman dan bahagia.
Helen Fisher, peneliti dan profesor dari Rutgers University, mengatakan bahwa bagian VTA ini aktif karena saat jatuh cinta, kamu merasakan bahwa kamu sedang menerima hadiah yang luar biasa, yaitu pasangan hidup.
Cinta itu bagai candu

Candu cinta via www.bluesci.org
Lalu gimana dengan patah hati?
Para ilmuwan juga telah meneliti otak pada orang-orang yang baru saja mengalami patah hati. Dan ternyata patah hati atau putus cinta juga menimbulkan efek yang mirip dengan memutus kecanduan kokain: mereka bakal mengalami craving atau sakaw.
Cinta sejati itu seperti apa?

Saling cinta sampai tutup usia via www.memorycarehs.org
Ventral pallidum diasosiasikan dengan keterikatan dan hormon yang mengurangi stres, sementara raphe nucleus memompa serotonin yang bikin tenang. Kedua area ini memproduksi perasaan “tidak ada hal yang salah” yang merupakan perasaan bahagia yang sederhana.
Lalu, perasaan setia itu sebenarnya apa?

Setia via www.mobiles24.com
Peneliti mempelajari vole dan menemukan bahwa hormon kunci dari rasa keterikatan pada betina adalah oksitosin, yang juga diproduksi manusia pada saat melahirkan. Sedangkan pada jantan, hormonnya adalah vasopressin.
Ternyata, variasi genetis juga mempengaruhi sifat tidak setia lho. Variasi genetis ini ditemukan pada beberapa vole jantan yang tidak menganut monogami — dan ditemukan juga pada pria. Pria yang kadar hormon keterikatannya rendah, lebih sering mengalami masalah pernikahan.
Berdasarkan penelitian di atas, ilmuwan kini mengerti bagaimana menjaga agar cinta tetap bersemi. Caranya adalah dengan melakukan hal-hal yang bisa menstimulasi senyawa kimia tadi agar emosi yang diharapkan bisa muncul, bisa dengan pelukan, ciuman, memberi hadiah, dan sebagainya.
Akhirnya, cinta bukan hanya milik hati, tapi milik seluruh impuls saraf yang diciptakan-Nya untuk memberi kita apa yang disebut dengan rasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar